Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian
Aroma putus asa
mengerang keras jadi propaganda
suara mobil dan kelaparan
jadi seremonial di kepala manusia
di antara gedung-gedung Jakarta
di bawah fly over dan lampu-lampu
jalanan
di sekitar lingkungan kota yang ganas,
yang dipetakan oleh pemerintah,
kehidupan diwarna benar-salah
dan kekecewaan tergeletak di
samudera jiwa manusia
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian
Tapi, kegagalan?
Sejarah manusia
amatlah fana
kata-kata hanya mengingatkan
kita pada batu-batu kematian
lalu dilupakan
Tapi, berulang-ulang kita
rayakan kemenangan fana
yang akhirnya kalah juga
Kehidupan berjalan
dan hati manusia meminta bagiannya
di sekitaran aspal-aspal retak
yang diiringi alunan azan subuh
dan menerbangkan bahaya ke langit
menembus pintu sorga
Kehidupan berjalan
dan pulang adalah kematian
Mudah-mudahan tersimpan
doa-doa di sekitaran bibir kecut
yang paling pasrah
(2023)
Acapkali
acapkali kita kenali
nama-nama kehidupan
dan bentuk-bentuk lainnya
dengan neraka kesepian
atau bara kesengsaraan,
dan tak sedikit
kita lupakan jatuh dan putus asa
acapkali kita dekati
jurang neraka di jalan-jalan kehidupan
kemudian berbaring-baring
menatap mega-mega di langit kota
dan membisu dengan aroma
payah yang diulang-ulang
(2022)
Ahmad Rizki lahir di Tangerang, 04 Agustus 1999. Saat ini sibuk menggelandang, membersamai, dan menikmati hidup di sekitaran Ciputat, Tangerang Selatan. Beberapa puisi omong kosongnya kebetulan termaktub di media daring/cetak. Kumpulan puisi yang kebetulan terbit adalah Sisa-Sisa Kesemrawutan (2021) dan Sebuah Omong Kosong Cinta Masa Remaja (2022). Kenali penulis lebih lanjut melalui akun Instagram miliknya, @ah_rzkiii
0 Komentar