Drama Kehadiran
Gamam sepasang mata bola
Berusaha mengatup, namun ajek terjaga
Kendati langit hitam pekat, tak lagi lazuardi—tertanda hilir malam menjadi
Akibat pergolakan ihwal kehadiran
Hadir seuntai terma rumit tuk dijelaskan dan terjelaskan pada dirinya sendiri
Tak melulu hanya karena—fantasi kemungkinan sekaligus ketakmungkinan—dikau diharapkan hadir dalam dekap
Tetapi bagaimana aku, dirimu, semesta dunia mungkin dan tak mungkin dapat hadir
Campakkan segenap pandangan rasional cum ilmiah tentang manusia dan dunianya
entah biologi, sosiologi, maupun logi-logi lain
Darinya manusia terberi lewat keterlemparan
Ada di sana terlempar begitu saja,
meresapi linglung dari mana asal dan mau ke mana—biarpun dilingkupi adaan-adaan selain daripadanya sekalipun objek pasif
Guna melupakan ia merengkuh kesibukan praktis, abai terhadap keterlemparan membentur keseharian
Dasein berganti das Man
Terlalu simplistis: pekik mereka pencari dasar dari segala dasar—ontoteologi
Tuhan penghadir kita sekaligus semesta, kaum religius mengumandangkan diri
Materi bersamaan hukum evolusioner pembunuh substansi imaterial sebagai penopang kehadiran, senandung para ateis tulen
Namun, izinkan diriku mendedahkan refleksi kritis terhadapnya—semoga tak tercatat sebagai dosa karena telah mempertanyakan
Bilamana keduanya pada satu tarikan nafas, realisme in re kuncinya
Totalitas kemungkinan beserta ketakmungkinan semesta fisik selaku Tuhan itu sendiri
O, siapapun berilah ilham tentang ini supaya diriku bisa mengatupkan mata selama-lamanya
(2023)
Autentik
Via positiva
kemelekatan positivitas penuh pada diri objek
Via negativa
konstitutivitas negatif bagi diri subjek
Pada dirinya adaan-adaan tak bereaksi
Hanya afirmasi tanpa mampu mengafirmasi diri
Ajek pada esensi
Bagi dirinya terpenetrasi oleh negasi
Menidak atas esensi
Terejawantah eksistensi
Pertanyaan-pertanyaan merebak
Apa iya perempuan memiliki esensi hanya sebatas sebagai pemuas hasrat laki-laki?
Apa iya esensinya masyarakat kulit hitam selalu berada di kasta terbawah piramida sosial sehingga politik Apartheid terlegitimasi?
Pertanyaan di muka memang berguna untuk membela sang-liyan dari represi
Cenderung arbitrer,
kemenidakan tetap terkandung pada dirinya semesta subjektivitas
Lantas, bagaimana jika:
apa iya pada esensinya pemenuhan kebutuhan hidup dasar harus terpenuhi?
Tak perlu rasanya menghakimi dengan mengumpat ideologi borjuasi
Hanya mesti dikatakan autentik
(2023)
Menuju dan Untuk Tiada
Ada untuk tiada
Bukan keelokan bahasa belaka
Lebih-lebih paranoia
Tetapi peristiwa konkret
Sekonkret gravitasi tanpa selubung teoretisasi ilmu-ilmu alam
Menuju tiada dari keberadaannya
Memanggul kecemasan
Panggilan dari jurang ke jurang ketakberumahan
Ada tanpa penjelasan mengapa
Tiada entah kapan waktunya
Keterarahan ada pada tiada ialah keniscayaan alih-alih kontingensi
Bukankah ini hukum dunia
Ada yang benar-benar ada justru ketiadaan itu sendiri
Lalu, apakah ketiadaan itu sungguh-sungguh tidak ada sama sekali?
(2023)
1 Komentar
Bagus
BalasHapus