Materialisme dan Puisi Lainnya - Angga Pratama


Mengutuk Stuart Mill

Melepaskan daya kemelekatan duniawi, aku tidak condong ke Timur.

Teori moral Mill mengantar pada prinsip otentisitas kebaikan, aku tak keberatan.

Jika kebaikan membawakan umur yang panjang, tentu Mill akan panjang umur.

Keabadian—layaknya mimpi di negeri utopia—Mill mati dalam kerapuhan tuntutan.

 

Tindakan yang baik adalah tindakan pembawa kenikmatan tertinggi

Siapa yang memungkiri? 

Hampir tak ada.

Tapi, percayakah kalian ada jarum hedonistik di balik motif utilitarian?

: Belanjalah yang banyak! Berikan kekayaanmu pada kesia-siaan yang fana.

Ia—Mill—moralitas macam apa yang kau ajarkan?

Ketidakselarasan pola konsumsi; demarkasi kiri dan kanan; kaya dan miskin; pembenci dan pencinta.

: Mill! Tenggelamlah dalam jeritan manusia hedonis yang kau ciptakan.

 

Dagingmu tercabik, matamu terbelalak, bibirmu tersayat, cacing tanah jadi algojo tubuh tua renta.

Peninggalan bernada kesesatan—kapitalistik dalam moral yang rusak.

Jika aku seorang dewa yang Mahakuasa,

tiada mustahil bagiku menukarmu 'tuk gantikan Sisifus, melumatmu hingga terbelalak.

Kali ini dan untuk pertama kalinya,

: kita harus membayangkan Mill menderita di tartaros.

(2022)

 

Prinsip Permintaan & Politik

Barang langka—harga mahal

Barang melimpah—harga murah

Harga mahal—rakyat kekurangan modal

Harga murah—rakyat menumpuk hingga tak bersisa

 

Rakyat menumpuk—barang langka

Barang langka—rakyat tak kuasa membeli

Rakyat tak kuasa membeli—ekenomi melemah

Ekonomi melemah—para negarawan jadi khawatir

Negarawan khawatir—rakyat jadi tak karuan

Rakyat tak karuan—telinga negarawan terpelintir

 

Negarawan berpidato—rakyat mendengarkan penuh khusyuk

Negarawan meminta dukungan—rakyat senantiasa mendukung

: Pejabatku, wakilku, telingaku, tanganku, dan harapanku

Negarawan terpilih jadi wakilnya—rakyat menunggu janji

Janji—negarawan lupa dengan itu

: Siapa mereka? Usir! Ini kerajaanku

Suara rakyat hanya jadi nyanyian sumbang bagi negarawan itu.

Nasib baik tak ada negarawan macam itu di negeriku.

Apakah aku salah menulis bait puisiku?

Tolong kalian baca ulang dari awal.

(2023)

 

Materialisme

Agnostisisme, ateisme—penolakan dan penangguhan Roh Absolut.

Karl Marx, Engels, Feuerbach—sekelompok pria berjanggut kusut dan gagasannya.

Koloni materialis menikmati modernitas yang carut marut.

Emas, uang, kendaraan—termaktub jadi Tuhan-tuhan kecil peradaban.

 

Dua konsep—pembatasan dan pemujaan,

mestinya daya kritis mereduksi budaya hedonistik.

Persetannya manusia; bertendensi memuja, melepaskan batas-batas keuangan.

Uang, berikan aku umur yang panjang dan keluasan kekuasaan.

Sujud sembahku padamu—kau rupawan melampaui batas semantik.

 

Bajingan itu; si penyembah uang, mati muda dalam limosin di ujung jalan.

Harta melimpah ruah tertinggal tak terborong dalam lubang kubur.

Ia tinggalkan wasiat pada notarisnya.

: Saudaraku, kubur diriku bersama hartaku.

Bajingan, ia tak takut dengan neraka,

lantas lebih takut tak membawa harta.

(2023)

Kenali Angga Pratama lebih lanjut melalui akun Instagram miliknya, @fxaverius_

Posting Komentar

0 Komentar