Ya—untuk Hidup
Sayangku, hari ini,
aku dapat pelajaran:
bahwa hidup adalah
perjalanan paling panjang—
tentang belajar mencintai
kehilangan-kehilangan—
tentang bagaimana kita
bangun dari rasa sakit,
membasuh luka-luka,
& berdiri kembali;
sebab kehidupan
akan tetap berjalan,
lagi-lagi seperti biasa—
kita harus terus menerus
bangkit, bagaimanapun
caranya.
(2021)
Jika Kau Bertanya Bagaimana Mencipta Penyair
Cintai seorang lelaki
yang juga mencintaimu
sampai ia merasa menjadi
manusia paling beruntung
sedunia; kemudian tinggalkan
dirinya, tanpa satu pun
pernyataan mengapa kau
meninggalkannya. Biarkan ia
larut & kalut, atau mati
tenggelam dalam setiap
pertanyaan-pertanyaan
di dalam kepalanya.
Voilà !
Kau telah berhasil
menciptakan seorang
penyair! Membuat seseorang
yang akan mengarang bahasa
dengan kepahitan tepat di
dadanya—yang akan terus menerus
bergentayangan untuk merindukanmu
seperti burung hantu merindukan bulan.
Ia akan selalu mengenangmu
seperti sedang mengingat
jasa seorang pahlawan. Dan kau,
bahkan akan memperpanjang
deretan puisi-puisi elegi untuk
beberapa dekade ke depan. Karena
ia akan dengan senang hati untuk
mengabadikan sosokmu dalam-dalam—
dalam setiap karya sastra yang ia ciptakan.
(2021)
Cara Membuat Puisi (Tidak) Jelek
1. Siapkan semangat hidup yang tinggi seperti setelah
skidipapap-sawadikap, tralala-trilili, indehoy-asoy-melehoy,
awewecita-ngewetita, eue-despacita, skuy-skuy, aselele, ho-ho-hi-he, he he he
he.
2. Siapkan hati yang acak-acakan, amburadul, awut-awutan,
belepotan, berarakan, berpesai-pesai, berselerakan, berbongkar-bangkir, centang-perenang,
cerai-berai, colakcaling, compang-camping, kacau, kacaubalau, kalang-kabut,
kelam-kabut, kelut-melut, keruntangpukang, kibang-kibut, kisruh, kocar-kacir,
kusut, kusut masai, morat-marit, porak-parik, porak-poranda, rondah-randih,
ropak-rapik, rusak, semrawut, serabutan, simpang-siur, terpisahpisah,
tersara-bara, atau singkatnya acakadut.
3. Siapkan otak dengan Gelombang Alpha (sekitar 7.5 - 12.5 Hz)
agar tubuh, pikiran, & jiwamu bisa rileks juga santai. Sebab Gelombang
Alpha menghubungkan antara pikiran sadar dengan alam bawah sadar. Bagian
terpentingnya, gelombang ini adalah pusatnya kreativitas dan kecerdasan otak
manusia.
4. Siapkan ruangan yang sunyi. Atau bahasa ribetnya, berada di
ruangan dengan bebunyian yang bersembunyi di dalam desibel paling rendah.
5. Siapkan waktu untuk melamun, waktu BAB jauh lebih bagus.
Lagipula, kapan lagi makanan masuk melalui mulut > dikunyah secara mekanik
dan kimiawi > lalu melewati faring atau persimpangan saluran dari rongga
mulut ke kerongkongan > kemudian makanan itu didorong dengan gerakan
peristaltik menuju lambung > untuk dicerna oleh asam lambung, enzim pepsin,
dan renin, dan diremas-remas di dalam lambung > sebelum ke usus halus dan
sari-sari makanan diserap > sebelum ia sampai di usus besar yang akan
menyerap air dan mineral dari sisa-sisa makanan > hingga dikeluarkan melalui
anus > Sedangkan kau berhasil mengarang karya sastra; ketika proses pencernaan
makanan yang menakjubkan dalam tubuhmu itu terjadi.
6. Siapkan alat pencatat atau aplikasi pencatat juga medium
pencatatan seperti bolpoin dan buku. Tak lupa kamus besar bahasa rasa dan
tesaurus alias buku sinonim yang berisi hiponim serta antonim—agar penyair dalam
pembuluh darahmu tak mengucapkan mantra kebingungan: homina, homina, homina.
7. Lupakan keenam cara di atas. Jangan banyak cingcong—ba-bi-bu
bla-bla-bla—ayo tulis saja dulu.
(2021)
Aku adalah Kafka yang Sedang Sakit Kepala
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh setiap orang tua—di muka
bumi—adalah meminta maaf kepada anaknya. Mengapa? Karena mereka telah
melahirkannya tanpa pernah bertanya: "Nak, apakah kau mau dilahirkan? Kau
yakin ingin terlahir di dunia yang bajingan ini? Dunia yang akan kau benci,
meskipun kau lahir dari apa yang disebut bercinta—yang pada akhirnya akan
selalu menampilkan sisi ironi dari mimpi-mimpi setiap orang tua."
(2021)
Seperti Sebuah Puisi yang Dibuat dalam Pengaruh Saut Situmorang
Aku ingin mencintaimu dengan keras kepala, dengan
sayap-sayap Icarus yang dibakar matahari tanpa sangsi—yang
membuat kejatuhannya jadi mitologi.
O aku ingin kau mencintaiku dengan kepala angin, dengan sebuah api
yang dicuri Prometheus dari Zeus—yang membuat
keberaniannya jadi simbol insureksi.
Sebab aku ingin kita saling mencintai dengan kepala batu, dengan
batu Sisyphus yang terus menerus ia dorong menuju Olympus dalam
abadi—yang membuat gairahnya jadi cukup 'tuk mengisi kekosongan sebuah hati.
(2022)
Moch Aldy MA, editor
Omong-Omong Media, bisa disapa melalui: email-genrifinaldy@gmail.com;
instagram-@genrifinaldy; twitter-@mochaldyma.
0 Komentar